Sejenak Menengok Anak Jalanan

Iseng-iseng nemu file take home exam mata kuliah etika engineering yang saya ambil di semester 6 lalu. Sekedar potongan dari file tersebut, ada cerita mengenai proyek kelompok saya yang mengadakan sebuah kegiatan di salah satu rumah singgah di daerah Bukit Duri, jaraknya ‘setempongan’ dari SMAN 8 Jkt, bernama annur Muhiyyam. Secara harfiyah jika diterjemahkan dari bahasa Arab berarti, “kemah cahaya”. Bagus juga namanya :). Proyek tsb dikerjakan bersama kawan sekelompok saya; Havid Mt09, Rohib Mt09, Noni E09, dan Dimas Tb08. Jika ada teman-teman yang ingin melakukan kunjungan ke sana dan menghadiahkan sesuatu, saya sarankan untuk memberikan buku iqra(untuk belajar baca Qur’an), dan poster/gambar mengenai tatacara wudhu dan sholat. Itu lebih mereka butuhkan (dalam sisi keagamaan). dan sekarang ternyata pengelolanya sudah punya website lho, cekidot http://www.annurmuhiyam.com/

______________

Judul proyek etika terpuji kelompok saya ialah GEMAR SINGGAH (Gerakan Mencintai Al-Qur’an di Rumah Singgah). Untuk mengerjakan proyek ini tentunya tidak dapat dilakukan sendiri, butuh kerjasama tim. Sebelum menentukan konsep dan judul proyek ini, kelompok kami sudah bergonta-ganti rencana proyek, mulai dari Kakanda(Kantek kita indah), pelatihan membuat fried chicken, pelatihan membuat saus, dll yang akhirnya kami putuskan untuk mengadakan motivasi membaca buku sejak usia dini. Namun ternyata, proyek kami sama persis dengan proyek kelompok lain, jadi kami putuskan untuk membuat sesuatu yang beda. Maka lahirlah gagasan proyek Gemar Singgah ini. Selain bertujuan untuk mengerjakan tugas proyek etika terpuji, proyek kami ini tentunya kami anggap ladang amal yang besar. Maka tidak keberatan bagi kami untuk mengeluarkan dana yang cukup besar.

Proyek Gemar Singgah ini bisa terlaksana pada Sabtu, 7 Mei 2011 di Rumah Singgah An-Nur Mukhiyam, tebet, jaksel, tepatnya di dekat SMA 8 Jakarta. Alhamdulillah acara ini dihadiri belasan anak jalanan dari total 46 anak jalanan yang ada di rumah singgah ini. Acara dimulai pukul 14.30 dan berakhir pada pukul 17.30. Acara dimulai dari mempersiapkan tempat yang langsung dibantu oleh anak-anak jalanan tsb. Dilanjutkan dengan perkenalan kami dan anak jalanan. Nampak anak jalanan tsb cukup antusias untuk mengikuti acara. Setelah itu Shalat ‘Ashar yang diimami bang Ricky M07. Selepas shalat ‘Ashar acara kembali dimulai, yaitu pemberian motivasi untuk belajar al-Qur’an oleh bang Ricky. Sesi ini diselingi dengan makan burger bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan simulasi belajar al-Qur’an bagi anak jalanan yang dibagi ke beberapa kelompok. Acara ditutup dengan penyerahan al-Qur’an, Iqra’, dan buku keislaman secara simbolis ke pengasuh rumah singgah, pak dedi.

Dalam menyusun konsep proyek, kami mendiskusikannya secara bersama dalam kelompok, masing-masing anggota menyampaikan gagasannya. Sedangkan tugas khusus saya cukup simple, yaitu mencari pembicara untuk menjadi pemateri dalam acara. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari proyek etika terpuji ini.

Hubungan antara proyek etika terpuji kelompok kami dengan keyword yang diberikan, yaitu memahami, dapat saya katakan bahwa kita harus memahami terlebih dahulu, baru menghukumi. Proyek etika terpuji saya yang berhadapan langsung dengan anak jalanan, diantara mereka ada yang bertato, beranting besar, rambut acak-acakan, yah mirip preman lah. Jika kita melihat langsung, berbagai pikiran negative muncul dibenak kita. Mungkin juga yang terlintas dipikiran kita ialah ‘ini orang bukan orang baik-baik’ atau ‘wah bau-bau neraka ni’ atau juga kita langsung berhati-hati dan menjaga barang bawaan kita(khawatir dicolong). Namun, jika kita coba untuk mengenal lebih dekat, ternyata tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya. Mereka ramah dan welcome ketika kami datang ke sana. Dari hasil sharing dengan mereka pun, yang saya simpulkan ialah mereka tidak punya sarana-sarana yang mendukung mereka untuk menjadi lebih baik(terutama dalam penampilan, pergaulan, agama). Mereka pun tentunya hampir selalu bergaul dengan anak-anak jalanan lain, yang mendorong mereka untuk berpenampilan dan bersikap layaknya anak jalanan. Ketika hendak shalat Ashar dan sebelumnya berwudhu, anak-anak jalanan (yang penampilannya seperti preman/punker), diantranya ada yang bernama Niken, antusias untuk melaksanakan shalat. Namun ketika saya hendak berwudhu, dan disebelah saya ada Niken, ia nampak malu-malu untuk berwudhu. Dan dapat ditebak bahwa si Niken(19 tahun) ini tidak dapat berwudhu. Akhirnya saya pun mengajarkan step-by-step cara berwudhu.

Dalam kejadian seperti ini saja, di hati saya timbul rasa senang namun diiringi rasa sedih pula. Senang karena orang seperti ia punya keinginan yang kuat untuk beragama dan belajar agama, sedih karena ya kalau wudhu saja belum bisa, berarti shalat pun tentunya tidak pernah ia kerjakan (padahal ia seorang muslim). Pada akhir acara, yang berisi sharing anak-anak jalanan, mereka banyak bercerita tentang kondisi kehidupan jalanan, mengapa mereka menjadi anak jalanan, dan suka duka menjadi anak jalanan. Saat tersebut merupakan saat yang luar biasa bagi saya, saya mencoba memahami kehidupan mereka sebenarnya, dan muncul sebuah keinginan yang amat kuat untuk menjadikan mereka menjadi lebih baik. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa kita harus memahami terlebih dahulu, baru menghukumi. Mereka tentunya tidak ada yang ingin menjadi anak jalanan, namun dinamika kehidupan lah yang membuat mereka seperti itu(untuk saat ini). Setiap orang punya hak yang sama, namun karena adanya keterbatasan seseorang tidak dapat mengambil haknya tersebut. Banyak dari anak jalanan yang ingin belajar ngaji an belajar agama, namun mereka terbentur dari tidak adanya sarana, terutama pengajar. Yang ada hanyalah acara rutinitas ‘yasinan’ yang tidak menambah faidah ilmu agama dan tidak memberikan pembekalan pada mereka.

Hal yang saya sangat ingat ialah nasehat prof.Raldi dalam beberapa pertemuan perkuliahan untuk bersedekah dan berbakti pada orangtua. Dalam hal bersedekah berkaitan erat dengan proyek ET kelompok kami, karena proyek ini –semoga- termasuk amal jariyah, yang pahala akan terus mengalir. Kepada mereka(anak jalanan) salah satu penyaluran sedekah. Dalam pandangan saya sedekah yang sebaiknya diberikan ialah dalam bentuk sarana pengajaran, bukan dalam bentuk materi(uang) secara langsung. Intinya kita memberikan pancingannya bukan umpannya. Dalam hal berbakti pada orangtua, dari cerita mereka(anak jalanan), banyak yang menjadi anak jalanan karena sikap kepada orangtua mereka. Mulai dari yang tidak mau diatur, ada juga yang kabur dari rumah, dan ada pula yang mengikuti kakaknya merantau karena kakaknya tsb mengalami konflik dengan orangtua mereka. Mereka pun rindu untuk bertemu dengan orang tua mereka karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Beruntung bagi saya yang masih memiliki kedua orangtua sehingga dapat berbakti pada mereka.

Saya berharap dan akan kelompok kami usahakan agar di rumah singgan an-nur Mukhiyam ini diadakan program belajar agama(karena sebelumnya belum ada) untuk menjaga keimanan mereka ditengah badai pemurtadan (khususnya pemurtadan anak jalanan, dalam banyak kasus, mereka cukup diberi sandang,papan dan pangan pun dapat dengan mudah pindah agama, karena yang ada dalam benak mereka hanya masalah dunia saja), untuk memperbaiki hidup mereka (karena seorang yang pemahaman agamanya bagus, akan Allah bukakan pintu-pintu kebaikan. Juga tentunya menghindari mereka dari perbuatan yang buruk semisal mencopet, menodong, miras dan narkoba).

About Mahdiy

Seorang penuntut ilmu kecil-kecilan.. ^^

Posted on Januari 4, 2013, in Kuliah and tagged , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar